Dan hampir jam 12 Gunung belum juga datang. Aku khawatir, dan kuputuskan
jam makan siang untuk pulang ke apartemen. Kubuka pintu yang ternyata belum terkunci, seharusnya Gunung masih di dalam. Aku bawakan
makanan ke rumah, karena aku pikir dia belum makan apapun, atau bahkan belum
bangun. Aku tengok ke kamar, dan ternyata benar, dia belum bangun. Kasian.
Perlahan aku pun membangunkannya.
“Gunung...” sambil aku usap dengan pipinya perlahan. Dan dengan perlahan
akhirnya dia terbangun.
“Aku dimana?”
“Kamu di apartemenku, semalam kamu mabuk berat.”
“Aww..” dan dia tampak kesakitan ketika hendak bangun.
“Masih pusing ya,” aku pun membantu dia untuk bangun. Beberapa menit
setelah itu, dia pun memegang tanganku.
“Tolong, bantu aku.” Dia seperti anak kecil yang sedang merengek, jauh
dari karakter dia.
“Iyaa, tapi kamu harus membersihkan badanmu dan makan dulu, aku harus
kembali ke kantor.”
“Temani aku sehari ini, kumohon.”
“Tapi kan, aku masih harus ke kantor,”
“Your boss is here,”
“Oke, sebenernya aku juga masih belum tega ninggalin kamu sendirian, you look so mess,” kataku sambil
membawakan dia handuk.
Akhirnya dia tampak lebih segar setelah mandi, dan dia pun hanya
mengenakan celana pendek dan sebuah kaos polos yang aku beli di sebuah
supermarket tadi. Dia terlihat lebih muda dengan pakaian itu. Dan hawa di rumah
ini bersama dia terasa berbeda, seperti nya ada sebuah perasaan de javu.
“Ayo makan, aku lapar sekaliii..” katanya dengan penuh antusias.
“Dasar, kamu tuh ya, seperti anak kecil yang sedang menunggu masakan
Mamanya, hehe..”
“Hehe, Mama, I want food..” dan
secara spontan dia mengoceh. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar