Nels
Cafe 7 pm
Gila, aku mau saja menuruti blind date
ini. Dilla memang memiliki sebuah aura untuk memaksaku melakukan sesuatu. Dan
aku rela saja datang ke perjodohan gila yang dia atur, entah lelaki seperti apa
yang akan dia kirim. Sekali lagi, Dilla isnt a good cupid, aku ingat
beberapa kali dia menjodohkanku dengan laki-laki yang dia pilihkan. Entah itu
jauh lebih tua dariku, atau lebih muda, yang jelas, mereka semua tidak cocok
denganku. Masihkan aku percaya dengan wanita gila itu? Entahlah, mungkin aku
sudah mulai seputus asa ini.
“Reservasi atas nama Dilla?”
“Silahkan ikut saya, tamu anda sudah
menunggu,” kemudian pramusaji ini menuntuku ke sebuah meja yang sengaja Dilla
atur berada jauh dari keramaian. Canggih kamu, dil.
“Ini meja anda,”
“Terima kasih,” dan akupun melihat
pundak lelaki dengan badan tegap itu. Ya, kali ini lumayanlah selera Dilla,
setidaknya he has good body shape. Perlahan dengan mengenakan simple black
dress aku berjalan menuju meja itu.
“Oh, sorry, kayaknya gue salah meja,”
“Dilla?”
“Oh, lo?”
“Ya, gue ga nyangka kalo itu lo,”
“Gue juga,” jawabku kecut. Ya, aku harus
menghadapinya.
“Okey, gue Willy,”
“Ya, gue tau, ga perlu kan gue ngenalin
diri gue lagi,”
“Haha, its okey,” dan pertemuan ini
berjalan sangat menyebalkan. Dia tidak banyak bicara, dan aku hanya
menanggapinya seketus mungkin. Rasanya aku sudah malas menghadapi lelaki ini,
aku pun bergegas pulang dan tidak sabar untuk mengomeli Dilla. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar