Malam ini aku benar-benar menemui
sahabatku, Dilla. Dia sudah sangat bahagia dengan dua anak kembarnya, suami
yang setia dan kaya raya, keluarga yang bahagia. Oh damn, sementara aku masih
stuck dengan Teddy dan drama kehidupannya.
“Hey, lo kusut amat, ada masalah sama
Teeddy?”
“Ya, otak gue ruwet banget, gila,
masalah udah kaya jamur dil, dimana-mana numbuhnya,”
“Hahaha, lo udah gila nih, makanya, apa
gue bilang, lo putusin tu cowok, cari yang baru, lo cantik, duit juga megang,
banyak kali yang ngantri,”
“Lo yakin? Kalo dari dulu banyak yang
ngantri sih gue udah move on dari dulu kali,”
“Salah lo nya nutup diri, kapan terakhir
kali lo clubbing? Kapan terakhir kali lo ketemu orang baru yang bukan client
lo? Sekarang gue tanya, kapan?” ya, benar kata Dilla, bahkan aku lupa kapan aku
bergaul semenjak mengenal Teddy. Karena hari-hariku hanya bekerja dan bertemu
Teddy.
“Iya, deh, lo paling bener, gue baru aja
mutusin Teddy,”
“Serius?!”
“Ya,”
“Then?”
“Kayak yang dulu-dulu, dia mohon-mohon
blablabla,”
“Dan kalian balikan lagi akhirnya?”
“No, sampe sekarang sih belum,”
“Belum? So, besok-besok ada kemungkinan
balikan?”
“Hahaha, I dont know, tapi gue musti
nyari alasan yang kuat buat ngelepasin Teddy,”
“Lo mau tau alasan apa yang bisa bikin
Teddy ngelepasin lo?”
“Apaan?”
“A man,”
“Hahaha, bahkan cowok yang gue kenal
juga cuma seputaran di kantor, apa iya gue musti macarin bawahan gue, hahaha,”
“Hmmm, I have good idea,”
“Jangan gila lo,” akupun sedikit curiga
dengan tingkah MILF ini.
“Gue atur kalian ketemuan, dan lo ga ada
alasan buat nolak,”
“Blind date? Gila lo,”
“Hey, awas lo ga dateng!” (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar